Kamis, 21 Oktober 2010

Cerita Natal 5

Permohonan Gadis kecil


Gadis Cilik yang Berani Memohon Ketika Amy Hagadorn berjalan melewati sebuah sudut di lorong dekat kelasnya, ia berpapasan dengan seorang anak laki-laki jangkung siswa kelas lima yang berlari dari arah berlawanan. "Pakai matamu, Bodoh," maki anak laki-laki itu, setelah berhasil berkelit dari murid kelas tiga bertubuh kecil yang hampir ditabraknya. Kemudian, dengan mimik mengejek, anak laki-laki itu memegang kaki kanannya dan berjalan menirukan cara berjalan Amy yang pincang. Amy memejamkan matanya beberapa saat. Abaikan saja dia, katanya dalam hati sambil berjalan lagi menuju ke kelasnya. Akan tetapi, sampai jam pelajaran terakhir hari itu Amy masih memikirkan ejekan anak laki-laki jangkung itu. Dan, ia bukan satu-satunya orang yang mengganggunya.

Sejak Amy mulai duduk di kelas tiga, ada saja anak yang mengganggunya setiap hari, mengejek cara bicaranya atau cara berjalannya. Kadang-kadang, walaupun di dalam kelas yang penuh dengan anak-anak, ejekan-ejekan itu membuatnya merasa sendirian. Di meja makan malam itu, Amy tidak bicara. Karena tahu ada yang tidak beres di sekolah, Patti Hagadorn dengan senang hati berbagi kabar menggembirakan dengan putrinya. "Di sebuah stasion radio ada lomba membuat permohonan Natal," kata sang ibu. "Coba tulis surat kepada Santa Klaus, siapa tahu kau memenangkan hadiahnya. Kupikir setiap anak yang mempunyai rambut pirang bergelombang di meja ini harus ikut."Amy tertawa, lalu ia mengambil pensil dan kertas. "Dear Santa Klaus," tulisnya sebagai pembuka. Ketika Amy sedang asyik membuat suratnya yang paling baik, semua anggota keluarga mencoba menebak permohonannya kepada Santa Klaus. Adik Amy, Jamie, dan ibunya sama-sama menebak bahwa yang paling mungkin diminta oleh Amy adalah boneka Barbie setinggi satu meter. Ayah Amy menebak bahwa putrinya meminta sebuah buku bergambar. Akan tetapi, Amy tidak bersedia mengungkapkan permohonan Natal-nya yang rahasia.

Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, suat-surat yang datang untuk mengikuti lomba Permohonan Natal tumpah seperti air bah. Para karyawan stasiun radio dengan senang hati membaca bermacam-macam hadiah yang diinginkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota untuk perayaan Natal. Ketika surat Amy tiba di stasium radio itu, manajer Lee Tobin membacanya dengan cermat. "Santa Klaus yang Baik, Nama saya Amy. Saya berusia sembilan tahun. Saya mempunyai masalah di sekolah. Dapatkah Anda menolong saya, Santa? Anak-anak menertawakan saya karena cara berjalan saya, cara berlari saya, dan cara bicara saya. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari saja yang dapat saya lewati tanpa ada orang menertawai atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy.

Hati Lee terasa nyeri ketika membaca surat itu: Ia tahu cerebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy. Menurutnya ada baiknya bila semua orang di Fort Wayne mendengar tentang gadis cilik dengan permohonan Natalnya yang tidak lazim. Pak Tobin menelepon sebuat koran setempat. Keesokan harinya, foto Amy dan suratnya kepada Santa mengisi halaman depan The News Sentinel. Kisah itu menyebar dengan cepat. Surat kabar, stasiun radio, dan televisi di seluruh negeri memberitakan kisah gadis cilik di Fort Wayne, Indiana, yang hanya mengajukan sebuah permohonan sederhana, namun baginya merupakan hadiah Natal paling istimewa-satu hari tanpa ejekan. Tiba-tiba, tukang pos menjadi langganan di rumah keluarga Hagadorn. Amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy datang setiap hari dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri, berisi kartu-kartu ucapan selamat berlibur dan kata-kata penghiburan.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Selama masa Natal yang sibuk itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy. Sebagian penulis surat itu cacat; sebagian pernah menjadi sasaran ejekan ketika kanak-kanak, tetapi tiap penulis mempunyai sebuah pesan khusus bagi Amy. Lewat kartu-kartu dan surat-surat dari orang-orang asing itu, Amy merasakan sebuah dunia penuh dengan orang-orang yang betul-betul saling peduli. Ia sadar tidak ada ejekan dalam bentuk apa pun yang akan pernah membuatnya merasa kesepian. Banyak orang berterima kasih kepada Amy atas keberaniannya mengungkapkan isi hati. Yang lain mendorongnya bertahan terhadap ejekan-ejekan dan tetap tampil dengan tengadah.

Lynn, seorang siswi kelas enam dari Texas, mengirim pesan sebagai berikut: Aku senang menjadi temanmu, dan bila kau mau mengunjungi aku, kita dapat bersenang-senang. Tidak seorang pun akan mengejek kita, karena kalau mereka demikian, kita tidak usah mendengarkan. Permohonan Amy untuk menikmati satu hari khusus tanpa ada yang mengganggu terpenuhi di sekolahnya, South Wayne Elementary School. Selain itu, setiap orang di sekolah memberikan sebuah bonus tambahan. Guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Tahun itu, walikota Fort Wayne secara resmi menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn untuk seluruh kota. Walikota menerangkan bahwa dengan keberanian mengajukan permohonan seperti itu, Amy mengajarkan sebuah pelajaran universal. "Siapa pun," kata walikota, "ingin dan berhak diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan hangat."

Sumber:
www.pondokrenungan.com
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Cerita Natal 4

Malam Saat Lonceng Berdentang


Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga daripada mendapat perak. Amsal 16:16

Suatu hari, dahulu kala, sebuah gereja yang mengagumkan berdiri di sebuah bukit yang tinggi di sebuah kota yang besar. Jika dihiasi lampu-lampu untuk sebuah perayaan istimewa, gereja itu dapat dilihat hingga jauh di sekitarnya. Namun demikian ada sesuatu yang jauh lebih menakjubkan dari gereja ini ketimbang keindahannya: legenda yang aneh dan indah tentang loncengnya.

Di sudut gereja itu ada sebuah menara berwarna abu-abu yang tinggi, dan di puncak menara itu, demikian menurut kata orang, ada sebuah rangkaian lonceng yang paling indah di dunia. Tetapi kenyataannya tak ada yang pernah mendengar lonceng-lonceng ini selama bertahun-tahun. Bahkan tidak juga pada hari Natal. Karena merupakan suatu adat pada Malam Natal bagi semua orang untuk datang ke gereja membawa persembahan mereka bagi bayi Kristus. Dan ada masanya di mana sebuah persembahan yang sangat tidak biasa yang diletakkan di altar akan menimbulkan alunan musik yang indah dari lonceng-lonceng yang ada jauh di puncak menara. Ada yang mengatakan bahwa malaikatlah yang membuatnya berayun. Tetapi akhir-akhir ini tak ada persembahan yang cukup luar biasa yang layak memperoleh dentangan lonceng-lonceng itu.

Sekarang beberapa kilometer dari kota, di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak laki-laki bernama Pedro dengan adik laki-lakinya. Mereka hanya tahu sangat sedikit tentang lonceng-lonceng Natal itu, tetapi mereka pernah mendengar mengenai kebaktian di gereja itu pada Malam Natal dan mereka memutuskan untuk pergi melihat perayaan yang indah itu.

Sehari sebelum Natal sungguh menggigit dinginnya, dengan salju putih yang telah mengeras di tanah. Pedro dan adiknya berangkat awal di siang harinya, dan meskipun cuaca dingin mereka mencapai pinggiran kota saat senja. Mereka baru saja akan memasuki salah satu pintu gerbang yang besar ketika Pedro melihat sesuatu berwarna gelap di salju di dekat jalan mereka.

Itu adalah seorang wanita yang malang, yang terjatuh tepat di luar pintu kota, terlalu sakit dan lelah untuk masuk ke kota di mana ia dapat memperoleh tempat berteduh. Pedro berusaha membangunkannya, tetapi ia hampir tak sadarkan diri. "Tak ada gunanya, Dik. Kau harus meneruskan seorang diri."
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

"Tanpamu?" teriak adiknya. Pedro mengangguk perlahan. "Wanita ini akan mati kedinginan jika tak ada yang merawatnya. Semua orang mungkin sudah pergi ke gereja saat ini, tetapi kalau kamu pulang pastikan bahwa kau membawa seseorang untuk membantunya. Saya akan tinggal di sini dan berusaha menjaganya agar tidak membeku, dan mungkin menyuruhnya memakan roti yang ada di saku saya."

"Tapi saya tak dapat meninggalkanmu!" adiknya memekik. "Cukup salah satu dari kita yang tidak menghadiri kebaktian," kata Pedro. "Kamu harus melihat dan mendengar segala sesuatunya dua kali, sekali untukmu dan sekali untukku. Saya yakin bayi Kristus tahu betapa saya ingin menyembahNya. Dan jika kamu memperoleh kesempatan, bawalah potongan perakku ini dan saat tak seorangpun melihat, taruhlah sebagai persembahanku."

Demikianlah ia menyuruh adiknya cepat-cepat pergi ke kota, dan mengejapkan mata dengan susah payah untuk menahan air mata kekecewaannya.

Gereja yang besar tersebut sungguh indah malam itu; sebelumnya belum pernah terlihat seindah itu. Ketika organ mulai dimainkan dan ribuan orang bernyanyi, dinding-dinding gereja bergetar oleh suaranya.
Pada akhir kebaktian tibalah saatnya untuk berbaris guna meletakkan persembahan di altar. Ada yang membawa permata, ada yang membawa keranjang yang berat berisi emas. Seorang penulis terkenal meletakkan sebuah buku yang telah ditulisnya selama bertahun-tahun. Dan yang terakhir, berjalanlah sang Raja negeri itu, sama seperti yang lain berharap ia layak untuk memperoleh dentangan lonceng Natal.

Gumaman yang keras terdengar di seluruh ruang gereja ketika sang Raja melepaskan dari kepalanya mahkota kerajaannya, yang dipenuhi batu-batu berharga, dan meletakkannya di altar. "Tentunya," semua berkata, "kita akan mendengar lonceng-lonceng itu sekarang!" Tetapi hanya hembusan angin dingin yang terdengar di menara.

Barisan orang sudah habis, dan paduan suara memulai lagu penutup. Tiba-tiba saja, pemain organ berhenti bermain. Nyanyian berhenti. Tak terdengar suara sedikitpun dari siapa saja di dalam gereja. Sementara semua orang memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan, terdengarlah dengan perlahan-tetapi amat jelas-suara lonceng-lonceng di menara itu. Kedengaran sangat jauh tetapi sangat jelas, alunan musik itu terdengar jauh lebih manis daripada suara apapun yang pernah mereka dengar.

Maka mereka semuapun berdiri bersama dan melihat ke altar untuk menyaksikan persembahan besar apakah yang membangunkan lonceng yang telah berdiam sekian lama. Tetapi yang mereka lihat hanyalah sosok kekanak-kanakan adik laki-laki Pedro, yang telah perlahan-lahan merangkak di sepanjang lorong kursi ketika tak seorangpun memperhatikan, dan meletakkan potongan kecil perak milik Pedro di altar.


Sumber:
www.pondokrenungan.com
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Cerita Natal 3

Ajarilah Anak-anak Arti Natal yang Sebenarnya

Satu minggu sebelum Natal, saya kedatangan tamu. Begini ceritanya, Saya sedang bersiap-siap untuk tidur ketika terdengar suara berisik di ruang tamu. Saya membuka pintu kamar Dan saya amat terkejut, sinterklas tiba-tiba muncul dari balik pohon natal.

Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya malahan saya pikir saya melihat air Mata disudut matanya."Apa yang sedang anda lakukan?" saya bertanya." Saya datang untuk mengingatkan kamu... AJARILAH ANAK-ANAK!" kata Sinterklas. Saya menjadi bingung apa yang dimaksudkannya?

Kemudian dengan satu gerak cepat Sinterklas memungut sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan bingung, Sinterklas berkata,"Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka arti natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan oleh banyak anak".

Sinterklas merogoh kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebuah POHON NATAL mini "Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia, semua ujung daunnya mengarah keatas, mengingatkan Kita bahwa segala pikiran Kita di masa Natal hanya terarah pada surga."

Kemudian IA memasukan tangannya kedalam tas Dan mengeluarkan sebuah BINTANG cemerlang "Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang Penyelamat bagi dunia, Dan bintang adalah tanda bahwa Tuhan menepati janji-Nya."

Ia memasukkan tangannya lagi kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebatang LILIN "Ajarilah anak-anak bahwa kristus adalah terang dunia, Dan ketika Kita melihat terang lilin, Kita diingatkan kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan"

Sekali lagi IA memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon natal,"Ajarilah anak-anak bahwa lingkaran melambangkan Cinta Sejati yang tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus tidak hanya saat Natal , tetapi sepanjang tahun."

Kemudian dari tasnya IA mengeluarkan hiasan SINTERKLAS."Ajarilah anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati Dan segala niat baik yang Kita rasakan sepanjang bulan Desember."

Selanjutnya IA mengeluarkan sebuah HADIAH Dan berkata,"Ajarilah anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia memeberikan anaknya yang tunggal...."

"Terpujilah Allah atas hadiah-Nya yang demikian mengagumkan itu. Ajarilah anak-anak bahwa para majus datang menyembah sang bayi kudus Dan mempersembahkan emas, kemenyan Dan mur. Hendaklah Kita memberi dengan semangat yang sama dengan para majus."

Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN coklat berbentuk tongkat Dan menggantungkannya di pohon Natal ."Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan kawanannya Dan tersesat maka gembala datang Dan menuntun mereka kembali. Batang permen ini mengingatkan Kita bahwa Kita adalah penjaga saudara-saudara Kita, sekali waktu orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan geraja membutuhkan pertolongan untuk kembali ke pangkuan Gereja. Selayaknyalah Kita berdaya supaya untuk menjadi gembala-gembala yang baik Dan menuntun mereka pulang kerumah."
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Ia memasukan tangannya lagi kedalam tas Dan mengeluarkan sebuah boneka MALAIKAT." Ajarilah anak-anak bahwa para malaikatlah yang mewartakan kabar sukacita kelahiran Sang Penyelamat. Para malaikat itu bernyanyi,"Kemuliaan bagi Allah di surga Dan damai di bumi bagi manusia." Sama seperti para malaikat di Betlehem, Kita patut mewartakan kabar gembira tersebut kepada keluarga Dan teman-teman: Immanuel - Tuhan beserta Kita!

Sekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya Dan saya melihat matanya telah bersinar kembali. Ia berkata,"Ingat, ajarilah anak-anak arti Natal yang sebenarnya. Jangan menjadikan saya pusat perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal yang sebenarnya - Immanuel -Tuhan beserta Kita. Kemudian, secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.

Dan seperti biasa - Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi saya Dan anak-anak saya - suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya - Dan arti kedatangan Yesus ke dunia. Dan saya tahu, bagi saya Dan anak-anak, Natal ini akan menjadi Natal yang terindah - karena IMMANUEL ~ Tuhan beserta Kita!

www.pondokrenungan.com
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Cerita Natal 2

Mujizat Natal dan Pengharapan


Rm 8 : 24 - 25 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapanTetapi pengharapan yg dilihat , bukan pengharapan lagi , sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yg dilihatnya ?Tetapi jika kita mengharapkan apa yg tidak kita lihat , kita menantikannya dengan tekun

For we were saved in this hopebut hope that is seen is not hope , for why does one still hope for what he sees ?But if we hope for what we do not see , we eagerly wait for it with perseverance ( NKJV )

23 thn yg lalu , ketika diseluruh tubuhku ( dari ujung kaki sampai ujung kepala ) terpasang berbagai macam alat2 utk membantuku tetap bisa bernafas ...

ketika setiap saat ... orang tuaku harus membantuku bernafas , jika tiba2 aku kesulitan utk bernafas ....mungkin sudah puluhan bahkan ratusan botol alkohol plus es batu digunakan utk membuat temperatur tubuhku normal ...

ketika di kepalaku hanya terpasang alat2 yg berfungsi untuk mengeluarkan cairan dan darah kotor dari otakku , yg separuhnya sudah rusak .... tanpa ada sepotong rambutpun yg diijinkan tumbuh di kepalaku ...
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

The doctors says " sudah tidak ada harapan lagi ... mungkin nanti sore anak ini akan meninggal ..... hidupnya hanya tinggal 2 % .... anak ini pasti cacat mental .sebaeknya bapak - ibu relakan anak ini ... "my big familys says " sudah relakan saja Mady ... masih ada 2 adeknya yg harus diperhatikan .... sebaeknya mulai mencari tempat pemakaman yg paling cocok ...

"my parents say " NO WAY ... "

aku nggak tau ... apa yg bikin orang tuaku bilang " TIDAK ! "untuk semua berita2 buruk yg mereka dengar setiap menit ...tidak ada pemulihan ... tidak ada kesembuhan ... setiap menit yg bergeser ... hanya berita buruk yg mereka dengar ...

well , kalian tidak udah terlalu memikirkan Mady ...sebab dia sdh tidak merasakan sakit apapun juga ... bahkan ketika 20 - 30 jarum suntik dimasukan ... selang2 dipasang di sepanjang tubuhnya ...sudah tidak ada rasa sakit lagi ... ( inilah kondisi seseorang yg koma .... batas antara hidup dan mati )

Every body say " where is Mady ???

"Mady says " I am in Heaven with God !

"waktu itu yg aku liat adalah hamparan awan yg sangat luas .... seakan2 tdk berujung dan tdk berpangkal ...dan aku liat ada sebuah tangga ... yg terbuat dari ... semacam batu pualam putih yg indah ... berada di tengah2 hamparan awan itu ...lalu aku berjalan ke sana ... dan aku mulai bermain - main di sekitar tangga itu ...

Mady says " but I'm alone ... "lalu aku mulai menaiki anak tangga yg pertama ( tangga itu muncul dari dalam gumpalan awan ) ...dan aku mulai main2 di anak tangga itu ...ketika aku mulai bosen ....ketika aku sedang berusaha utk menaiki anak tangga yg kedua ...tiba2 Suara itu ... says " waktumu belum tiba ... , ayo turun lagi ...

"Mady says " ... .... " dan ketika aku sadar dari koma ... kedua tangan dan kakiku , tidak dapat digerakkan ... dan yg aku liat pertama kali adalah kegelapan ... kedua mataku buta ... the doctor says " sdh tdk ada harapan lagi ... bapak - ibu org beriman ... doa saja pada Tuhannya bapak - ibu ...

"Mady says " jawaban yg simple .... di manakah Tuhan ? ... Dia ada di dlm ruang doa .... sdg menunggu ... permohonan kita ( Luk 11 : 9 - 10 )
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

"my mom prayers " Tuhan Yesus , tolong beri Mady satu mata saja "Mady says " hey guys ... , kalo minta sesuatu sama Tuhan ... jgn sungkan2 ... sebab Dia pasti memberikan apa yg kamu minta ... persis seperti yg kamu minta , ha...ha...

" setelah doa itu ... kedua mataku tetap buta ...yg ada hanya kegelapan ...aku hanya bisa meraba wajah kedua orang tuaku ... dan coba mengingat2 seperti apa wajah mereka berdua ....yg aku ingat ... ketika aku sedang meraba2 wajah mami ... tiba2 ada beberapa tetes air yg membasahi tangan kananku ( satu2nya tangan yg sdh Tuhan pulihkan )aku tau ... mami sedang menahan tangisnya ( krn papi selalu melarang mami menangis di depanku ) ... tapi wajah ayu itu ... tdk kuasa menahan tangis ... melihat penderitaan gadis kecil di depannya ... yg tdk tau apa2 ...

Mady says " kenapa mami nangis ? ... aku nggak apa2 kok ... "dan yg aku ingat jelas ... waktu itu ... aku dengar langkah2 mami yg lari keluar ....

Mady says " pi , mami kenapa ? "dan aku inget jawaban papi dg suara yg bergetar " mami nggak apa2 kok , mami cuma keluar sebentar "dan yg aku ingat ... selama sisa jam bezuk ( berkunjung ) itu ... mami sdh tdk pernah kembali masuk lagi ...hanya tinggal aku dan papi .. yg sibuk dg pikiran masing2 ...aku memikirkan ttg kegelapan ....

Desember 1979 ... adalah bulan persiapan Natal yg amat berbeda ...adek2ku sdh tidak ada ... mereka dibawa oleh om dan tanteku , utk mereka jaga dan pelihara di Sby ... keluargaku sdh tidak lengkap lagi Natal kali ini ...Bahkan akupun tidak bisa mengingat lagi wajah adekku yg kecil ... krn ketika penyakit ini .. menyerangku ... dia baru berumur 3 bln ( bahkan papi mamipun , tdk pernah menyaksikan langkah2 petama dan ucapan pertama dari adekku Lisa )Mereka cuma mendengar berita adek2ku lewat telpon ...

untuk membawa suasana Natal ...papi belikan sebuah pohon Natal kecil , yg ditaruh di meja samping tempat tidurku .. Papi says " ini pohonnya , papi taruh di samping kamu , kamu raba2 saja ujungnya ... dan itulah Natal "Mungkin ... cukup sulit juga bagi kalian utk membayangkannya ...tapi itulah yg aku lakukan ... utk dapat mengingat ... Natal ... tahun2 sebelumnya ... aku hanya bisa meraba pohon Natal kecil itu ... Mady says " pohon Natal itu masih ada ... dan tetap dipasang di kamarku setiap kali Natal .... sampai 5 thn yg lalu ... pohon Natal itu rusak "tapi setiap kali tanganku berhasil meraih salah satu ujung pohon kecil itu ...aku pegang kuat2 ... lalu aku lempar pohon kecil itu ...sampai semuanya berantakkan ...selalu ...dan selalu ... papi atau suster yg menyusunnya kembali dan meletakkan kembali di samping tempat tidurku .. Mady says " papi , pohonnya bawa pulang aja .... aku nggak suka dg pohon itu ... " tapi seakan2 papi tidak pernah mendengar permohonanku itu ... dan setiap kali aku meraba dan merasakan pohon itu ada di samping tempat tidurku ...selalu ... dan selalu ... aku pegang kuat2 .. lalu aku lempar ... sampai berantakkan ... Mady says " aku mau melihatnya .... bukan hanya merabanya !!! ... knp semuanya gelap ??? "Mungkin sulit bagi kalian membayangkan semuanya ...tapi itulah yg dirasakan oleh Mady kecil ...

24 Desember 1979 ... malam menjelang Natal ... tidak ada lagu2 Natal ... tidak ada keluarga ... jam berkunjung sudah berakhir ... dan aku hanya seorang diri ... di dlm kegelapanku ... bersama pohon kecil itu ... yg masih nekad bertahan di sampingku ... padahal sdh ratusan kali aku membantingnya ...

Mady says " salute ! , ini pohon emang hebat ... tahan dibanting2 ... , he...he.... "seperti biasa ... setiap pukul 9 malam , lampu bangsal selalu dimatikan ...toh buat aku nggak ada bedanya ... apakah lampu itu dinyalakan ataukah lampu itu dimatikan ...semuanya hanya kegelapan ...dan seperti biasa , setiap pukul 10 selalu ada suster yg mendatangi tempat tidurku dan mulai memeriksa denyut nadiku ..semuanya hanya rutinitas yg membosankan , selama berbulan2 aku tinggal di RS ( totaly 9 bln aku tinggal di RS )

tapi malam Natal itu ... adalah malam Natal yg berbeda .... ketika suster sedang memeriksa kedua mataku dg senter ...

Mujizat itu terjadi ... Pengharapan itu membuahkan hasil ... salah satu dari mataku dapat melihat ... meskipun dlm jarak yg sangat dekat ... yg aku ingat ... lampu ruangan bangsal itu segera dinyalakan salah seorang suster berlari menghubungi dokter dan kedua orang tuaku .. sedang suster yg satunya , masih tidak percaya dan terus menerus menyorotkan senter ke arah mataku ...

Suster itu says " kamu mau liat pohon Natal kamu ? , tapi jgn dibanting lagi ya "dan aku melihat pohon Natal kecil itu ... untuk pertama kalinya ....lalu aku pegang pohon kecil itu kuat2 ... ( nggak dibanting lagi kok ! , ha...ha... ) aku bawa ke tempat tidurku dan aku dekap erat2 pohon kecil itu ...malam Natal itu ... utk pertama kalinya aku bisa meraba sekaligus melihat pohon Natalku ...

Sampe hari inipun , aku tetap percaya bahwa Tuhan masih melakukan mujizat Natal ...buat kalian yg meragukan ttg mujizat Natal ingatlah akan kisahku ... bahwa masih ada seorang sahabat kalian yg pernah mengalaminya .... ( Ibr 13 : 8 ) dan aku masih berharap bahwa Natal kali iniaku juga masih bisa mendapatkan sebuah mujizat ... seperti 23 thn yg lalu ... 6 thn yg lalu ... ( salah seorang sahabatku pasti ingat akan hal ini ) ....

Setelah malam itu ... masih panjang hari2 yg masih harus aku lalui bersama para dokter ... para perawat ... kamar operasi ... bau obat2an ... selang2 ... jarum suntik ... dlltapi sejak malam itu , kehidupanku berubah ...semua yg dikatakan oleh para dokter ... tdk ada satupun yg terbukti !!! Mady says " bkn dokternya bodoh lho ! , mereka semua jenius ... krn kebanyakan adalah profefor di bidangnya ... tapi masalahnya ... ada Seseorang yg lebih pinter dan hebat dari mereka .... namanya ...Tuhan Yesus !!! , ha...ha...

" kira2 7 - 8 thn yg lalu , waktu aku melayani ( memberi kesaksian ) di salah satu acara konferensi para dokter2 ...selesai acara , ada beberapa dokter yg tanya " apa yg bikin kamu bisa seperti ini ? "( waktu itu , aku baru lulus dari kuliahku )

Mady says " aku bisa bertahan sampai skrg , krn aku masih berharap ... " Pengharapan adalah hal yg paling utama untuk dapat bertahan dalam penderitaan ... pengharapan berarti keyakinan bahwa sesuatu yg baik akan terjadirasa optimis ada batasnya ... tapi pengharapan ... tdk pernah ada batasnya pengharapan lebih merupakan keberanian utk tetap hidup dan bertahan daripada sukacita Pengharapan yg benar tdk pernah berdusta .. di mana seseorang dapat percaya bahwa sewaktu ia jatuh dan mengalami hal yg buruk dalam kehidupannya , ia masih belum berada di ujung jalan kehidupannyaIa masih dapat berdiri dan melanjutkan kehidupannya

dear all .... tetaplah berharap ... meskipun ... sdh tdk ada apapun juga yg bisa diharapkan ...

GBU


Sumber:
www.pondokrenungan.com
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Cerita Natal 1

Kerelaan Untuk Disembuhkan

Ada selintas masa dalam hidupku yang mengguratkan kepedihan mendalam di hatiku. Nyerinya begitu terasa. Dan itu terjadi lima belas tahun yang silam, ketika dalam waktu yang hampir bersamaan aku kehilangan dua orang yang sangat kucintai. Ayahku dan seorang sahabat terbaikku. Aku kehilangan mereka berdua dengan cara yang berbeda, tapi sama-sama menyakitkan karena aku tidak bisa merelakan kepergian mereka.

Hari-hari pun kulalui tanpa menyisakan makna yang berarti dan hanya sekedar kujalani. Hingga saat Natal pun tiba. Kemeriahan di mall-mall dan pesta-pesta Natal mahasiswa mulai terdengar gaungnya. Tapi aku merasa sendiri di sudut terpencil. Manakala lagu Natal yang dinyanyikan oleh Jason Donovan terdengar begitu syahdu, begitu juga dampaknya pada hatiku. Kosong. Sepi. Sendiri.

Saat itu sungguh kusadari kenyataan, bahwa aku bisa kesepian di tengah keramaian Natal yang begitu indah. Aku bagaikan orang asing di tengah teman-temanku yang bercanda-ria. Kesendirian ini begitu menyiksaku dan membuatku melangkahkan kaki keluar dari keramaian. Kutapaki jalan dengan wajah tertunduk dan airmata mulai menetes satu demi satu. Inilah Natalku yang begitu biru. Natalku tanpa orang-orang yang kukasihi di dekatku. Dan lagu Natal terdengar seperti lonceng kematian di hatiku.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Kunikmati kesepianku waktu itu. Kukupas maknanya satu per satu, seiring berlalunya tahun. Betapa hati manusia begitu rentan dengan rasa kehilangan. Dan ketika kehilangan itu tidak direlakan, maka semuanya menjadi terasa begitu berat dan menimbulkan penyesalan. Kesedihan selalu menggantung bersama dengan tetesan embun setiap pagi di sela-sela rumput. Selalu ada, tapi bukan untuk menyejukkan melainkan untuk menambah keperihan.

Aku butuh waktu yang begitu lama untuk menyembuhkan hatiku yang berlumur dengan luka. Sangat lama bahkan. Karena aku berjuang sendiri. Karena aku mengandalkan kemampuanku sendiri. Dan aku juga tetap memegang bayang-bayang masa lalu, untuk kemudian kupeluk dan kutangisi. Kalau sudah begitu, mana mungkin aku sanggup untuk melepaskannya?

Kesadaran bahwa hidup perlu ditandai dengan sesuatu yang berarti, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, menyadarkanku bahwa sudah saatnya aku melepaskan diri dari segala ikatan kepedihan di masa lalu. Mungkin saja sebuah kesadaran yang terlambat, tapi ketika nafas Tuhan menghembus masuk ke hatiku, tidak ada yang mustahil bagiNya. Dan ketika dengan kerelaan yang total, kuserahkan semua luka-luka dan masa laluku pada Tuhan, untuk Dia ambil dan sembuhkan, terasa bebanku mulai terangkat dan hatiku mulai merasakan betapa Tuhan sesungguhnya begitu mencintaiku. Dia tidak pernah ingin melihat aku menderita, tapi dia menempaku untuk menjadi manusia yang lebih tegar dan bersandar sepenuhnya pada kuasaNya.

Betapa sia-sianya ketika aku melakukan segalanya dengan usahaku semata. Kupikir aku cukup kuat, tapi ternyata pikiran manusia justru sering menyesatkan dan mudah jatuh dalam berbagai perasaan yang melemahkan dan bukannya membangun. Sungguh indah ketika dalam hidup ini bisa pasrah pada Tuhan dan menerima kehendakNya dengan tulus, sebagai sarana untuk mengasah hidup menjadi lebih berarti. Semuanya menjadi lebih ringan, apalagi ketika kita menyadari bahwa hidup sesungguhnya adalah serangkaian perjuangan untuk memenangkan kehendak Tuhan dalam diri kita. Perjuangan kita untuk lebih mencintai Tuhan lebih dari segala hal yang begitu mengikat kita di dunia ini.

Lagu Natal Jason Donovan kerap masih terdengar sampai saat ini, terlebih ketika saat Natal mulai tiba. Aku juga masih ingat dengan kesedihan yang begitu menyayat saat itu. Tapi kini kukenang dengan penuh rasa syukur dan takjub. Betapa cinta Tuhan sanggup mengangkat segala rasa sakit itu dan menggantinya dengan kekuatan dan ketegaran, ketika aku memang merelakan Tuhan untuk mengobatiNya.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Kesepian dan kesedihan adalah hal yang wajar ketika kita merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi. Tapi jangan sampai hal itu membelenggu kita dan mengikat kita pada suatu masa dan membenamkan kita pada rasa tak berguna. Hidup adalah sebuah bejana yang mesti kita isi dengan limpahan cinta kita padaNya. Bersandarlah sepenuhnya pada Tuhan, percayalah bahwa Dia sanggup membuat hati kita menyala kembali oleh terang kasihNya.


Sumber:
www.pondokrenungan.com
http://www.gsn-soeki.com/wouw/

Selasa, 19 Oktober 2010

Nyanyian Jemaat


Hymnologi

Selayang Pandang
Perkembangan Nyanyian Jemaat
Christina Mandang, DM,MM
































Staf pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta dan Universitas Pelita Harapan ini menyelesaikan pendidikan musiknya dari Rotterdams Conservatorium (Docerend Musicus dan Diploma Musik Gereja, 1999) dan Royal Conservatoire The Hague (Master of Music, 2002). Di samping itu ia juga sempat mengenyam pendidikan musikologi di Universitas Utrecht setelah lulus dari Rotterdams Conservatorium. Aktif mengikuti master classes antara lain dari Ton Koopman, Wolgang Dalmann, Jan Pasveer, Olivier Latry, Albert Clement, Matteo Imbruno, Ben van Oosten, dan turut serta dalam beberapa symposia. Saat ini aktif sebagai organis GPIB Paulus dan GPIB Immanuel, music director dari Kelompok Musik Kreatif STT Jakarta, Cantabile Choir GPIB Paulus, Paduan Suara Kabungahan dari GKP Rehoboth Jakarta dan memberikan pembinaan dan lokakarya musik gereja dalam bidang motivasi pelayanan musik dalam ibadah, mengiringi nyanyian jemaat, cantorship dan  hymnologi. Christina adalah Koordinator Bengkel Liturgi dan Musik STT Jakarta. Ia adalah salah seorang anggota Pokja Muger GPIB serta Pimpinan Kursus Musik Yamuger.

Pendahuluan

Liturgi atau ibadah kita sarat dengan nyanyian jemaat. Nyanyian jemaat adalah bagian dari musik gereja yang dinyanyikan bersama-sama oleh seluruh umat di dalam ibadah. Ada berbagai macam bentuk nyanyian jemaat yang masing-masing memiliki cirinya sendiri-sendiri. Itu sebabnya pengetahuan mengenai hymnologi amatlah penting bagi para pemusik gereja, baik dirigen, pemusik, penyanyi, anggota komisi liturgi dan musik gereja serta para majelis dan pendeta.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan hymnologi? Secara luas, hymnologi dapat dijabarkan sebagai ilmu yang mempelajari nyanyian jemaat. Nyanyian jemaat sendiri dapat dipelajari melalui beberapa cara, antara lain nyanyian jemaat sebagai puisi, sebagai sebagai musik, sebagai teologi, sebagai alat untuk beribadah, sebagai alat untuk memberitakan Injil, sebagai pendidikan religius, pelayanan dan persekutuan.[1]

Nyanyian jemaat sebagai puisi

Nyanyian jemaat atas syair dan melodi (tune). Syair yang dipakai disebut puisi liris. Di dalam sejarah, puisi liris adalah puisi yang dipakai dengan iringan alat musik tradisional Yunani, yaitu lira. Dengan demikian puisi liris adalah puisi yang memang diciptakan untuk dinyanyikan. [2] Plato mengatakan bahwa lagu (melos) terdiri dari pembicaraan, ritme dan harmoni.

Nyanyian jemaat biasanya terdiri dari beberapa baris yang dikelompokkan menjadi satu bait. Tiap bait dinyanyikan dengan melodi yang sama. Ada lagu yang memiliki refrein, ada juga yang tanpa refrein. Refrein adalah syair yang diulang di akhir tiap bait, biasanya berisi kesimpulan dari lagu tersebut. Ada refrein khusus yang disebut burden dalam bahasa Inggris, yaitu: refrein yang muncul di awal lagu dan di akhir lagu, ditutup dengan refrein tersebut (KJ 1).[3]

Tiap syair memiliki sajak tersendiri, biasanya ada berbagai macam bentuk saja. Misalnya AABB, ABBA, ABAB, ABCB. Tapi ada juga yang sajaknya tidak beraturan.  AABB sangat sering dipakai (KJ 3:1, KJ 280). ABBA agak jarang dipakai (KJ 304:1,3,4; KJ 305). ABAB dan ABCB biasanya dipakai untuk syair yang tidak terlalu panjang (KJ 214, 206). Di samping itu kita juga mengenal sajak palsu, misalnya murid – bangkit, sedih – pergi (KJ 208:3,4). Jika ada hubungan di dalam satu baris, maka itu disebut sajak internal (KJ 6:1,3,4).

Di dalam dunia literatur, kita mengenal metrum puitis. Tiap kata terdiri dari beberapa suku kata. Tiap suku kata bisa memiliki aksen atau tidak, tergantung kata tersebut. Ada beberapa macam aksen kata, beberapa di antaranya adalah: 1. iambic (u -, tak beraksen-aksen, KJ 234, 235), 2. trochaic (- u, aksen-tak beraksen, KJ 50, 288), 3. dactylus (-uu, aksen-ringan-ringan, NKB 3 Terpujilah Allah).[4]

Di dalam buku-buku hymne berbahasa Inggris seringkali kita melihat sederetan angka-angka seperti misalnya 8.6.8.6 disebut juga C.M. (common meter, KJ 40, 285). 8.8.8.8 (NKB tallis’canon, KJ 248) atau dikenal dengan L.M. (long meter), 6.6.8.6. atau S.M. (short meter). Bilangan tersebut menunjukkan banyaknya suku kata di dalam satu baris, ini disebut metrum hymnis.

Nyanyian jemaat sebagai musik

Puisi liris belumlah lengkap jika tidak dinyanyikan. Sama seperti Agustinus, bapa gereja dari abad ke-6 yang berkata bahwa hymne adalah nyanyian yang berisi pujian kepada Tuhan. Jika ada pujian tetapi bukan untuk Tuhan, maka itu bukanlah sebuah hymne. Jika ada pujian dan pujian itu ditujukan pada Tuhan tetapi tidak dinyanyikan, maka itu bukanlah sebuah hymne. Oleh sebab itu supaya dapat disebut sebagai hymne, maka haruslah ada ketiga unsur tersebut yaitu pujian, pujian pada Tuhan dan itu dinyanyikan.[5]

Musik memiliki bahasa tersendiri, sama seperti literatur atau puisi. Kita juga mengenal aksen dalam musik, kalimat dalam musik, karakter lagu dan sebagainya. Lagu yang baik adalah melodi yang kuat dan dapat dengan mudah dinyanyikan oleh seluruh umat. Nyanyian jemaat adalah nyanyian komunitas, yaitu nyanyian yang mudah dinyanyikan jemaat (tapi tidak gampangan dan murahan!), dengan jangkauan nada dan ritme yang tidak terlalu rumit.

Melodi nyanyian jemaat biasanya dikenali dengan nama lagu. Di belakang Kidung Jemaat edisi Harmoni dalam not balok, terdapat indeks nama lagu. Nama lagu tersebut bisa berasal dari nama sang pencipta, penulis dari syair lagu tersebut, nama tempat dan sebagainya. 

Beberapa lagu dapat dinyanyikan dengan berbagai melodi. Misalnya KJ 126 dan 449, Alle Jahre wieder. Lagu itu disebut Lagu Umum (common tune). Sedangkan lagu yang biasanya hanya dihubungkan dengan satu syair disebut Lagu Khusus (proper tune), misalnya Antioch, hanya dinyanyikan dengan syair lagu “Hai Dunia, Gembiralah.” Jika kita menukar melodi satu syair dengan lagu lain, hati-hatilah karena baik metrum puitis dan ritmis haruslah diperhitungkan dan juga kecocokan lagu/melodi dengan isi atau pesan dari syair tersebut.

Nyanyian jemaat sebagai Teologi

Nyanyian jemaat adalah medium untuk membentuk kepercayaan Kristiani di samping pewartaan firman. Dalam sejarah gereja, nyanyian jemaat memegang peranan penting dalam perkembangan ajaran gereja. Nyanyian jemaat  banyak dipakai untuk merefleksikan doktrin dan konsep teologis yang ingin disebarluaskan kepada umat. Misalnya sejak abad ke-4 nyanyian jemaat digunakan untuk menyebarkan dokrin  mengenai kristologi, di abad ke-18 mengenai keselematan dan di abad ke-19 sehubungan dengan keberadaan gereja.[6]

Gereja memiliki lima fungsi yaitu sebagai tempat beribadah, tempat mengabarkan kabar baik atau evangelisasi, tempat untuk pendidikan, pelayanan dan persekutuan. Musik gereja harus dapat memainkan peranan ini. Melalui musik gereja, Tuhan berbicara pada umat-Nya dan kita dapat berbicara kepada Tuhan dan kita dapat berbicara pada sesama kita. Musik gereja juga dapat dipakai untuk mengabarkan kabar baik bagi mereka yang belum percaya. Luther menggunakan musik gereja untuk mendidik anak-anak dan hingga kini, nyanyian jemaat sebagai salah satu bentuk musik gereja, adalah salah satu cara efektif untuk memperjelas hal-hal yang berhubungan dengan iman Kristiani dan pengajaran. Nyanyian jemaat juga mengingatkan kita sebagai umat untuk melayani di dunia yang menderita, kelaparan dan penuh kekacauan. Selain itu juga memberikan kekuatan pada kita dalam kehidupan kita sehari-hari.  Sebagai satu persekutuan kita diingatkan melalui nyanyian jemaat, misalnya melalui KJ 264 sebagai persekutuan orang percaya.
Text Box: Martin Luther
Pembahasan kita saat ini terbatas pada perkembangan nyanyian jemaat khususnya nyanyian jemaat protestan, dari masa gereja purba hingga kini, dilihat dari sisi puisi, musik dan teologis. Tidak semua contoh lagu akan membahas ketiga hal ini tetapi paling tidak, sebagian besar akan membahas ketiga hal ini di dalam tiap contoh lagu.





























Klasifikasi nyanyian jemaat

Ada banyak cara membuat klasifikasi nyanyian jemaat. Misalnya klasifikasi berdasarkan waktu penciptaan, tempat atau asal nyanyian tersebut serta berdasarkan subyek dari nyanyian. Mengingat luas dan banyaknya jenis nyanyian jemaat yang ada saat ini, penulis hanya sekedar menerangkan pembagian berdasarkan periode perkembangan secara ringkas.  Di pembelajaran mendatang, periode-periode tersebut dapat dibahas lebih lanjut.

Nyanyian jemaat yang ada di Kidung Jemaat, Pelengkap Kidung Jemaat dan Nyanyikanlah Nyanyian Baru terdiri dari berbagai macam periode. Tiap periode memiliki ciri khas masing-masing baik dilihat dari segi musikal, syair, makna teologisnya serta juga cara membawakan dan mengiringi nyanyian tersebut. Tidak semua nyanyian perlu diiringi atau dapat diiringi dengan alat musik organ, piano atau gitar. Tidak semua nyanyian dapat diiringi dengan band. Ada cukup banyak nyanyian jemaat yang jauh lebih indah jika dinyanyikan oleh paduan suara saja atau hanya dengan iringan perkusi yang sederhana. Itu sebabnya pengetahuan mengenai latar belakang satu nyanyian jemaat amat penting supaya sebagai pemimpin, kita dapat mengajarkan kepada anggota paduan suara dan jemaat bagaimana cara menyanyikan nyanyian tersebut dengan baik dan benar hingga maksud dan  pesan yang ingin disampaikan oleh lagu tersebut dapat tercapai.  


Abad Pertengahan

Paling tidak ada tiga tokoh penting di dalam perkembangan musik gereja dari masa ini, yaitu Hilarius dari Poitiers, Ambrosius dari Milan dan Greogrius I. Di samping itu ada dua bentuk nyanyian yang sangat penting yaitu hymne Ambrosianus dan nyanyian Gregorian.

Hilarius adalah seorang bishop di Poitiers di abad ke-4 yang menyelenggarakan ibadah musik, menulis chant dan menggunakan paduan suara dalam ibadah. Ambrosius mengikuti jejak dari Hilarius dan akhirnya mengumpulkan dan mengatur banyak hymne. Ambrosiuslah yang membuat hymne yang metrikal serta bersajak. Kumpulan hymne tersebut kita kenal dengan nama hymne ambrosianus. Ciri khasnya adalah bentuk lagu yang sederhana dan silabis, memiliki metrum puitis iambic atau trochaic, dinyanyikan secara responsoris (berbalasan antara soloist dan umat), syair mengenai karya ciptaan Tuhan.
Text Box: Contoh manuskrip 
GregorianGregorius Agung pada abad ke-6 mengadakan standardisasi dari nyanyian yang beredar saat itu dan nyanyian tersebut kita kenal dengan nyanyian Gregorian. Hingga saat ini, nyanyian tersebut masih dipakai di gereja Katolik. Jika hymne ambrosianus memiliki bentuk sederhana dan mudah dinyanyikan orang banyak, nyanyian Gregorian lebih mengalir dan agak lebih rumit melodinya.

¯ KJ 171 Pataka Raja Majulah
Venantius Fortunatus (535-609) adalah seorang penyair yang amat terkenal dengan syairnya mengenai salib Kristus. Hymne-hymne tersebut dibuat dalam rangka prosesi relikwi dari salib Yesus di Poitiers.  Dalam lagu ini salib Kristus tersebut dianalogikan dengan pohon yang elok dan megah. Dan salib tersebut adalah tanda dari berkat Tuhan.  [7] Lagu ini amatlah populer di Abad Pertengahan dan banyak dinyanyikan juga dalam Jalan Salib dan dinyanyikan oleh para milisi Kristen.

Di masa Abad Pertengahan nyanyian Gregorian semakin berkembang dan akhirnya menjadi semakin susah sehingga hanya orang yang terlatih saja yang dapat menyanyikkan nyanyian tersebut. Paduan suara akhirnya mengambil alih nyanyian jemaat dan jemaat hanya menyanyi di hari-hari perayaan tertentu daj hanya terbatas pada refrein saja atau sekedar jawaban seperti misalnya “Kyrie eleison” atau “Amin.”

Di masa inilah muncul berbagai macam hymne seperti misalnya KJ 229.
.
¯ KJ 229a O Roh Pencipta, Datanglah
Syair hymne Latin ini berasal dari abad ke-9 tapi hingga kini tidak jelas siapakah yang menulis syairnya. Dari Kaisar Charles si Gemuk, (cucu dari chalemagne), Greogorius agung, Ambrosius dan Rhabanus Maurus (archbischop Mainz). Digunakan sebagai hymne doa harian untuk jam ketiga (Tierce) atau Vespers (di sore hari) pada minggu Pentakosta dan juga pada ibadah pentahbisan Pastor dan peresmian para raja.

Luther membuat penyederhanaan dari melodi Gregorian yang asli menjadi lebih metris.

¯ KJ 161 Segala Kemuliaan
Syair lagu ini ditulis oleh J.M. Neale pada tahun 1854 berdasarkan syair Theodulph dari Orleans + 820, Gloria, laus et honor. Syair lagu ini ditulis berdasarkan Mzm 24:7-10, Mzm 118:26, Mat 21:1-16 dan Luk 19:37-38. Lagu ini digunakan dalam prosesi pada Minggu Palma.[8]

Melodi lagu ini ditulis oleh Melchior Teschner, lahir di Fraustadt tahun 1584. Teshcner adalah  murid Gesius (salah seorang komponis masa reformasi yang amat terkenal). Ia seorang cantor di Schmiegel dan Frauenstadt dan  menjadi pastor di Oberprischen hingga akhir hayatnya pada tahun 1635.[9]

Gregorian di Abad Pertengahan menjadi semakin “berbunga-bunga” melodinya dan semakin melismatis, terutama akhiran-a dari kata Alleluia. Akhirnya muncullah kebiasaan di mana “a” tersebut dengan banyak not, melodinya diisi dengan syair baru yang silabis, metode ini dikenal dengan nama sequens (jangan bingung dengan istilah sequens dalam musik). Penulis sequens yang terkenal adalah Notker Balbulus (+ 900) dan Adam dari St. Victor (+ 1150).[10]

¯KJ 228 Datanglah, Ya Roh Kudus
Ini adalah contoh sequens tetapi tidak lengkap karena lagu aslinya terdiri dari 6 baris lagi. .

Di akhir Abad Pertengahan (mulai sekitar tahun 1200-an), berkembanglah nyanyian rakyat rohani (sacred folksong). Salah satunya adalah nyanyian leis. Nyanyian leis berkembang dari lagu dengan tekst kyrieleison (Tuhan kasihanilah). Biasanya kata kyrieleison dinyanyikan secara melismatis (satu suku kata terdiri dari banyak nada) dan ada di awal atau akhir lagu. Nada-nada tersebut mendapat syair baru. Contoh misalnya KJ 123, S’lamat, s’lamat datang.

Beberapa contoh lain dari masa ini adalah KJ 81 O, Datanglah Imanuel dan KJ 60 Hai Makhluk Alam Semesta.

Masa Reformasi

Jika di masa Abad Pertengahan, peranan jemaat dalam ibadah amat sangat minim, juga di dalam musik, peranan tersebut semakin diambil alih oleh para rohaniwan yang memang terlatih dalam bidang itu, maka di masa Reformasi, nyanyian jemaat berkembang kembali.  Jemaat berhak memiliki suara di dalam ibadah, termasuk menaikkan pujian mereka langsung kepada Tuhan. Dalam nyanyian jemaat menjawab dalam pujian dan ungkapan syukur, dalam pengakuan dan permohonan. Dengan demikian jemaat menyanyikan pengasihan Tuhan.

Ciri khas lagu pada masa Reformasi adalah lagu ini hanya tertuju kepada Tuhan saja dan perbuatan tangan-Nya dalam putera-Nya, Yesus Kristus. Melodi tunduk melayani syair, ada hubungan erat antara melodi dan syair.[11] Ini adalah salah satu kesulitan dalam menerjemahkan suatu lagu, apakah hubungan syair dan melodi dapat tetap dipertahankan?

Melodi dari nyanyian jemaat pada masa ini sebenarnya terdiri atas beberapa material melodis yang dipadukan, sama halnya seperti mozaik. Motif-motif dalam melodi itu bisa bersumber dari nyanyian gereja masa Abad Pertengahan (baik Gregorian maupun hymne) dan juga lagu rakyat Abad Pertengahan baik sakral maupun sekuler. Seringkali melodi dari sebuah syair sekuler mendapatkan syair rohani, teknik ini dikenal sebagai kontrafak.[12]

Biasanya nyanyian jemaat pada masa ini adalah bar form (AAB). Ritme yang ada adalah isometrik (ritme yang teratur, yaitu not pendek dan not panjang) dan koral ritmis (ritme yang tidak teratur dan kadang-kadang penuh dengan sinkop). Contoh adalah KJ 250a dan b, KJ 287b dan a.

Nyanyian jemaat dalam bahasa Jerman pada periode ini terdiri dari tiga jenis lagu yaitu terjemahan dari hymne berbahasa Latin, nyanyian leis (berasal dari “Kyrieleis” yang mendapatkan tekst dalam bahasa setempat (contoh KJ 123) dan nyanyian cantion (lagu non-liturgis yang berhubungan dengan drama liturgi untuk Natal dan Paskah, aslinya berbahasa Latin tetapi diterjemahkan dalam bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman dinyanyikan secara antifonal (bergantian antara dua kelompok) dalam bahasa setempat dan bahasa Latin.[13]

Dalam masa ini, kita melihat dua perkembangan penting yaitu nyanyian jemaat Lutheran dan Mazmur Jenewa. Luther menulis Misa Jerman atau Deutsche Messe (1526) yang berisi misa berbahasa Jerman dengan nyanyian jemaat dalam bahasa setempat. Baik Luther dan Calvin menggunakan paduan suara untuk mengajarkan lagu baru kepada jemaat dan sekaligus untuk mengiringi nyanyian jemaat, di bawah pimpinan seorang prokantor.[14]

Luther menulis cukup banyak lagu dan dia juga bekerja sama baik dengan para komponis, sastrawan dan rohaniwan. 

¯KJ 250 Allahku Benteng Yang Teguh
Kemungkinan lagu ini diciptakan oleh Luther antara 1526-1528, pada masa penuh pergumulan dan kesedihan dalam hidupnya, di mana banyak sahabatnya meninggal dunia karena terkena wabah pest.  Berdasarkan penelitian, ada banyak kata dan ungkapan yang sama dengan  beberapa surat Luther yang dari periode tersebut. Ia merasa bahwa hidupnya terancam oleh iblis.  Nyanyian ini bukanlah Mzm 46. Lagu ini menerangkan tentang Kristus dan penjelasan tersebut ditulis berdasarkan Mzm 46.[15]

Melodi dari lagu ini ditulis sendiri oleh Luther. Awal lagu benar-benar memproklamirkan sesuatu dan di akhir kalimat pertama, kalimat menurun satu oktaf. Lagu ini lebih cocok dinyanyikan di Minggu Invocabit (enam minggu sebelum Paska) karena sesuai dengan pembacaan Alkitabnya daripada dinyanyikan pada hari Reformasi tanggal 31 Oktober.[16]


KJ 45 Muliakan Allah yang Esa
Nyanyian ini merupakan gubahan dari Gloria Besar dalam bahasa Jerman yang ditulis oleh Nicolaus Decius, seorang  komponis di masa Reformasi. Gloria Besar adalah pujian kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dengan demikian jelaslah bahwa lagu ini tidak dapat dipenggal-penggal sebetulnya karena isinya tidak sesuai dengan isi dari Gloria yang sesungguhnya.

Mula-mula Gloria in exelcis Deo hanya dinyanyikan di malam Natal saja. Lama-kelamaan juga dipakai di misa Paskah sebelum akhirnya menjadi bagian tetap (ordinarium) di dalam ibadah Minggu. Hanya ayat satu saja yang berhubungan dengan Lukas 2. Ketiga ayat lainnya membentuk pujian trinitatis yang sama seperti struktur Gloria di dalam misa.

¯KJ 168 Hai Dunia, Lihat Tuhan
Heinrich Isaac (1450) lahir di Belanda bagian selatan dan belajar di Florence (Italia). Akhirnya ia bekerja di Italia untuk keluarga Ferrara dan Medici serta menikah dengan orang Florence. Setelah itu ia bekerja di Innsbrücks, Austria. Ia menulis Choralis Constantinus, yaitu karya paduan suara yang memuat seluruh proprium missae dari seluruh tahun liturgis. Namun Isaac meninggal dan pekerjaan tersebut diteruskan oleh Seinfl. Tahun 1514 ia kembali ke Florence dan hidup di sana hingga akhir hayatnya di tahun 1517.  Ia sangat terkenal dengan aransemen lagu Innsbruck, ich musz dich lassen.

Mazmur Jenewa adalah mazmur yang diparafrasekan hingga menjadi bentuk strofis. Calvin hanya mengijinkan mazmur dinyanyikan dalam ibadah di gereja, ditambah dengan Nyanyian Pujian Simeon, 10 Hukum Tuhan, Doa Bapa Kami dan Pengakuan Iman Rasuli.

Syair Mazmur Jenewa ditulis oleh Calvin sendiri, Clémens Marot dan Théodore Bèze. Melodi dari Mazmur ditulis oleh Louis Bourgeouis (ca. 1510-?), Guillaume Franc (?-?) dan Maitre Pierre (kemungkinan adan Pierre Davantes).

Contoh jenis mazmur ini antara lain KJ 128 Sekarang, Tuhanku, Mazmur 80, 122, 42.

Di masa akhir abad ke-16, perkembangan nyanyian jemaat tidak sebesar di awal reformasi.  Tidak terlalu banyak lagu baru yang dibuat. Pusat dari syair bukan hanya Allah dan pekerjaan-Nya dalam Yesus Kristus melainkan juga mengenai manusia dan kepercayaannya. Ada dua lagu yang cukup penting yang amat indah hubungan syair dan melodinya, yaitu KJ 139, 276

¯KJ 139 T’rang Bintang Fajar Berseri
Lagu ini diciptakan oleh Philipp Nicolai seorang pendeta yamg amat bersemangat. Namun setelah wabah pest, kehidupannya berubah, ia begitu banyak menolong dan menguburkan korban. Hanya ada doa yang tak putus-putusnya pada Tuhan pada saat di tengah-tengah bebauan yang busuk, karena kasih setia Tuhan, ia tidak merasa takut. Karena seringnya ia menguburkan mayat, hingga akhirnya ia tidak dapat berpikir selain: aku hidup di dalam Kristus, mati di dalam Kristus, apakah aku mati atau hidup, aku adalah milik Kristus, yang telah mengasihani aku. Setelah wabah pest berlalu, ia menulis surat, “Pest telah usai. Atas kasihani Tuhan aku tetap sehat.”
Ini adalah lagu pernikahan rohani antara orang yang percaya dan Kristus, berdasarkan Mzm 45. Tentu saja kita juga harus mengingat kitab Wahyu di mana Yesus disebut sebagai Bintang Fajar yang bersinar. Ayat pertama dari ketujuh bait membentuk huruf awal dari nama Wilhelm Ernst Graf und Herr zu waldieck.  Syair lagu ini berbentuk cawan dan itu mengingatkan kita akan janji keselamatan yang diberikan pada kita. Bahwa kita telah dipilih untuk menjadi pengantin-Nya hingga dapat masuk ke rumah yang kekal.


¯KJ 276 Bangunlah! Dengar Suara
Koral ini menjadi terkenal karena cantata Bach dengan judul yang sama. Ada begitu banyak komponis yang menulis komposisi berdasarkan lagu ini. Di sini kita diingatkan dengan kedua penjaga di dalam Yes 21:11-12, kesepuluh gadis yang pintar dan bodoh di Matius 25, cerita mengenai akhir jaman di Mat 24:27-31 dan penglihatan dari Wahyu 21 mengenai langit dan bumi baru. Kita diajak untuk berjaga-jaga supaya tidak ketinggalan ketika tiba saatnya untuk datang ke rumah Tuhan.

Masa abad ke-17 dan ke-18

Ada banyak nyanyian jemaat yang diciptakan tapi bukan untuk dipakai dalam gereja namun untuk dipakai dalam ibadah rumah tangga. Beberapa nama yang harus kita kenal adalah Paul Gerhardt (1607-1676) dan Gerhardt Tersteegen (1697-1769). Mereka amat menekankan kehidupan rohani pribadi.

Jika pada masa Reformasi pusat dari lagu adalah Allah beserta ciptaan-Nya serta manusia dan kepercayaannya, maka di masa sesudah Reformasi, pusat lagu menjadi semakin menuju ke devosi pribadi, pujian kepada Tuhan dari diri manusia sebagai individu (bukan manusia sebagai umat seperti di masa Reformasi).[17]

Sesudah Reformasi, muncullah aliran Pietisme di Jerman yang muncul di paruh kedua dari abad ke-17. Penekanan dari ajaran ini adalah pertobatan dan penyucian diri manusia agar manusia dapat hidup dalam jalan yang benar untuk hidup dalam Tuhan. Pada masa ini banyak didirikan organisasi rohani di mana orang percaya datang bersama untuk saling berbagi cerita serta saling menguatkan dan belajar mengenai Firman Tuhan, saling bersaksi serta melakukan berbagai aksi sosial  dalam rangka menyalurkan berkat Allah.[18]

Lagu pietis selalu dalam bentuk “aku.” Walaupun demikian, di dalam “aku” tersebut, dapat mengacu pada jemaat dan lagu tersebut memiliki ciri penyembahan pada Allah. Seringkali lagu tersebut lebih menekankan kepada manusia (dan kepercayaannya) daripada perbuatan Allah. Dengan demikian, agak rancu di manakah batas antara lagu gereja dan lagu rohani.

Di samping pietisme, di abad ke-18 kita mengenal Aufklärung atau Masa Pencerahan. Di masa itu “perkataan” atau pidato menjadi penting, dengan kata lain rasio menjadi penting, segala sesuatu harus dapat dijelaskan dengan akal pikiran. Kata “Tuhan” seringkali akhirnya diganti dengan “Sang Maha Kuasa.”

Melodi yang muncul biasanya disusun 4 suara dengan melodi atau cantus firmus di sopran (bukan di tenor seperti pada masa Reformasi). Semakin lama hubungan antara melodi dan syair semakin renggang, tidak seperti sebelumnya. Karena seringkali syair-syair lagu dinyanyikan dengan berbagai macam melodi.  

¯KJ 290 Takkah Patut ‘ku Bernyanyi
¯KJ 295 Andai ‘ku Punya Banyak Lidah
¯KJ 309 Biar ‘ku Tumbuh Di Batang-Mu


Musik abad ke-19 dan ke-20.

Di masa ini, ada generasi baru yang naik statusnya. Pada masa ini amat banyak lagu yang diciptakan dan lagu-lagu tersebut dapat saling ditukar melodinya.  Di Indonesia sendiri terbitlah Mazmur dan Nyanyian Rohani di tahun 50-an.

Musik Gereja Anglikan

Dorongan Reformasi juga sampai ke Inggris. Raja Henry VIII akhirnya memisahkan diri dari Roma. Dengan adanya pengungsi Calvinis dari Eropa daratan, Inggris mulai mengenai reformasi. Gereja di Inggris terbagi dalam gereja tinggi (Gereja Anglican) dan gereja rendah (gereja Puritan, Presbyterian dan Congregationalist).

Kehidupan rohani di abad ke-18 sebagian besar diatur oleh kaum Methodist, di mana John Wesley adalah salah satu tokohnya. Charles mendukung kakaknya dalam kampanye dini. Di abad ke-19, Newman dan Keble setuju dengan peningkatan mutu liturgi Gereja Anglikan. Mazmur juga dibuat secara  strofis di Inggris.[19]

Ada banyak nyanyian jemaat yang berasal dari Inggris yang populer di negara kita. Ada banyak lagu untuk ofisi (ibadah harian untuk pagi, siang atau malam hari).

Melodi lagu Inggris sebagian berasal dari kumpulan mazmur di abad ke-16 dan ke-17, dari lagu rakyat atau komposisi baru. Lagu Inggris memiliki karakter tersendiri. Lagunya enak didengar. Biasanya memiliki lompatan yang cukup luas (biasanya interval sext) dan berkesan lebar.

¯KJ 252 Batu Penjuru G’reja
¯KJ 288 Mari Puji Raja Sorga
¯KJ 328 Ya Tuhan, Hari T’lah Berakhir

Nyanyian Jemaat di Amerika

Di abad ke-19, terdapat beragam jemaat di Amerika: Baptis, Congregationalist, Episkopal, Methodist, Presbyterian, Unitarian dan sebagainya. Hampir semuanya menyumbangkan sejumlah lagu dalam khazanah nyanyian jemaat.

Sekolah Minggu dan Young Man’s Christian Association makin berkembang. Makin lama makin sering diadakan kebaktian kebangunan rohani dengan tokoh-tokoh seperti Dwight L. Moody dan Ira D. Sankey. Periode ini sering juga disebut sebagai masa Revival.Di sinilah muncul lagu-lagu gospels¸ yaitu lagu yang dipakai untuk memberitakan kabar baik. Philip P. Bliss juga menerbitkan buku kecil berisi nyanyian jemaat. Robert Lowry dan Fanny Crosby adalah dua tokoh yang andal yang juga suka bekerjasama satu dengan lainnya. Dari masa banyak sekali lagu yang kita kenal.

¯KJ 454 Indahnya Saat Yang Teduh
¯KJ 407 Tuhan Kau Gembala Kami
¯KJ 498 Di Jalanku ‘Ku Diiring
¯NKB 195 Kendati Hidupku Tent’ram
¯NKB 3 Terpujilah Allah

Di abad ke-20 lagu-lagu gospel semakin berkembang. Di samping itu juga khazanah nyanyian jemaat bertambah dengan adanya masukan dari tradisi Afro-Amerika. Misalnya lagu Let us break bread together, Were you there when they crucified my Lord, There is a balm in Gilead. Contoh yang lebih baru misalnya lagu How can I say thanks (My Tribute).

Nyanyian Jemaat di Indonesia

Ada berbagai macam nyanyian jemaat yang beredar saat ini, baik nyanyian jemaat konvensional (hymns), kontemporer konvensional dan populer serta nyanyian jemaat kontekstual.

Sebelum ada Kidung Jemaat, kita mengenal Mazmur dan Nyanyian Rohani. Pada tahun 1984 diterbitkan Kidung Jemaat. Hingga saat ini, Kidung Jemaat adalah buku nyanyian jemaat yang universal di Indonesia. Di samping itu, tiap sinode memiliki buku nyanyiannya masing-masing juga berupa tambahan, misalnya Nyanyikanlah Nyanyian Baru dari GKI, Gita Bhakti dari GPIB atau Kidung Kabungahan dari GKP, Buku Ende dari HKPB dan sebagainya. Di tahun 1999 terbit Pelengkap Kidung Jemaat sebagai tambahan dari Kidung Jemaat.

Di dalam Kidung Jemaat ada berbagai macam lagu dari beberapa periode dan beberapa lagu bernuansa etnik baik Indonesia maupun etnik lain (nyanyian jemaat multicultural yang lebih sering kita kenal dengan sebutan musik gereja kontekstual atau nyanyian jemaat kontekstual).

Seringkali kita meremehkan musik gereja kontekstual, apalagi jika musiknya berasal dari Indonesia. Apakah kita menganggap budaya kita itu kuno dan ketinggalan jaman? Jelek atau kampungan? Apakah musik gereja itu harus selalu musik klasik dari Eropa atau Amerika?

Bangsa yang tidak menghargai kebudayaannya sendiri, tidak akan pernah dapat maju. Mungkin kita asing dengan musik tradisional kita sendiri. Hal tersebut tidaklah membingungkan mengingat kita hidup di dunia yang sarat dengan kultur populer (pop culture).Ke mana pun dan di mana pun kitar berada, segala sesuatu adalah kultur populer. Jika kita tidak mengambil bagian maka kita dianggap aneh atau ketinggalan jaman.

Mungkin kita harus merenungkan kembali, apa benar musik gereja kontekstual itu tidak sederajat dengan musik gereja dari barat? Apakah kita tidak dapat mengekspresikan iman percaya kita dengan kebudayaan kita sendiri?

Musik gereja kontekstual merupakan bagian dari keesaan gereja. Ada begitu banyak bangsa dan bahasa di dunia ini. Semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan beribu lidah patut memuji nama-Nya, dengan keunikan masing-masing. Jika semua musik gereja yang dipergunakan hanyalah musik barat, hambarlah dunia ini. Tidak ada ciri khas masing-masing bangsa. Padahal kita tahu bahwa Tuhan menciptakan berbagai bangsa dengan kelebihan dan kekurangannya. Mengapa kita tidak menggunakan apa yang ada di sekeliling kita untuk memuji nama-Nya?

Dengan demikian, dalam keanekaragaman kita dapat datang menghadap hadirat Allah Bapa di sorga.

Di samping hymne tradisional, saat ini kita mengenal nyanyian jemaat kontekstual dan juga nyanyian dari tradisi Taizé dan Iona.

Taizé adalah sebuah komunitas eukomenis di Perancis sedangkan Komunitas Iona berada di Skotlandia. Keduanya menekankan rekonsiliasi dan perdamaian dunia serta memberikan perhatian kepada mereka yang tidak punya dan mereka yang tertindas.

Komunitas Taizé menyelenggarakan ibadah yang selalu dihadiri oleh ratusan umat dari seluruh dunia, termasuk generasi muda. Lagu-lagu yang dinyanyikan biasanya berupa lagu-lagu ostinato (yang selalu diulang-ulang) dan ada solois yang menyanyikan ayat. Lagu-lagu tersebut amat mudah dipelajari dan banyak dari lagu-lagu tersebut dinyanyikan dengan empat suara. Di dalam PKJ terdapat sekumpulan lagu Taizé. Lagu-lagu ini dapat diiringi dengan berbagai macam alat musik atau cukup dengan paduan suara saja.

Lagu-lagu dari komunitas Iona biasanya berasal dari negara-negara Afrika dan Amerika Latin. Beberapa lagu telah cukup dikenal di beberapa jemaat, misalnya Siyahamba, Freedom is Coming dan Halle, Halle, Halle. Di PKJ misalnya lagu nomor 20, Mari Semua, Mari Sembah Tuhan, PKJ 86, Yesus telah Bangkit dan NKB 220, Utus Daku, Tuhan Yesus.

Dari tanah air kita sendiri terdapat banyak lagu baik di KJ, PKJ, NKB dan Gita Bhakti. Tidak semua lagu tersebut cocok dibawakan dengan iringan organ dan piano. Seringkali mereka lebih cocok dibawakan secara a cappella (tanpa iringan), cukup dengan perkusi misalnya.

Lagu-lagu kontekstual harus dibawakan sesuai dengan konteks masing-masing. Lagu yang berasal dari Afrika biasanya dibawakan dengan lebih hidup dan enerjik dibandingkan lagu-lagu Melayu yang biasanya lebih tenang.

Dengan banyak mendengar contoh lagu tradisional, lama-kelamaan kita akan terlatih untuk lebih menghargai musik tersebut dan kita bisa lebih baik dalam membawakan musik tersebut.

Tiap ciptaan Tuhan adalah unik dan itu semua harus dipergunakan untuk memuji dan memuliakan nama-Nya.

Ingatlah kata pemazmur dalam Mazmur 117: “Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!”
Laudate omnes gentes, Laudate Dominum.

Biarlah kita semua dapat bersama-sama bekerja hanya untuk kemuliaan nama-Nya.

Soli Deo Gloria!

Bibliografi:
1.       Catholic Encyclopedia vol.xvi,  1914, edisi digital www. newadvent.org
2.       Compendium van achtergrondinformatie bij de 491 gezangen uit het Liedboek voor de Kerken, Amsterdam, 1978
3.       Reynolds, W.J., Price, M., A Survey of Christian Hymnody, Carol Stream, IL, 19994
4.       Wilson-Dickson, A., The Story of Christian Music, Minneapolis, MN, 2003
5.       Zevenbergen, G.E., Luth, J.R., Kleine Geschiedenis van het Kerklied, Amsterdam, 1982


[1] Reynolds, W.J., Prince, M., A Survey of Christian Hymnody, Carol Stream, IL, 19994, ix
[2] Ibid, ix
[3] Ibid, ix
[4] _, Compendium van achtergrondinformatie bij de 491 gezangen uit het Liedboek voor de Kerken, Amsterdam, 1978, 1365
[5] Wilson-Dickson, A., The Story of Christian Music, Minneapolis, MN, 2003
[6] Reynolds, W.J., Price, M., xiii

[7] Compendium, 467, 468
[8] -, The Catholic Encyclopedia vol. xvi, 1914, edisi digital www.newadvent.org/cathen/16041b.htm
[9] _Compendium, 79, 152-154, 1179
[10] Zevenbergen, G.E., Luth, J.R., Kleine Geschiedenis van het Kerklied, Amsterdam, 1982,15
[11] Zevenbergen, Luth, 18
[12] Ibid, 19
[13] Reynolds, Price, 17
[14] Zevenbergen, Luth, 19
[15]_, Compendium, 907
[16] Compendium, 911
[17] Zevenbergen. Luth, 24
[18] Ibid, 26
[19] Zevenbergen, Luth, 33